Breaking News

More information

Be our Fan

Recent Posts

Follow us on FaceBook

Jumat, 19 April 2013

Istighosah Untuk Menghadapi UNAS


Berbagai macam cara dilakukan oleh sekolah-sekolah untuk menghadapi  Ujian Nasional  tahun ini. Seperti yang dilakukan oleh SMP Negeri 2 Lamongan yang terletak di Jalan Veteran No. 3 Lamongan, sebagai bentuk persiapan mental dan spiritual segenap Guru dan Siswa-Siswinya melaksanakan Istighosah dan doa bersama di aula sekolah tersebut, Jum'at (19/4/2013).

Menurut Bapak Uman Khoir, S.Ag, Guru Agama Islam SMP Negeri 2 Lamongan ini, bahwa Istighosah yang dilakukan antara guru dan seluruh kelas sembilan kali ini secara keseluruhan diikuti oleh sekitar dua ratus orang yang terdiri dari Kepala Sekolah dan seluruh guru serta seluruh siswa kelas sembilan.

“Tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha Esa. Selain itu hal ini sebagai persiapan mental serta spiritual anak dalam menghadapi UNAS. Supaya anak-anak diberi kekuatan, tenang dan siap menghadapi Ujian Nasional,” ujar Bapak Uman.

Menurutnya selama tiga bulan terakhir ini mereka sudah menghadapi try out dan evaluasi-evaluasi. Siswa kelas sembilan juga sudah digembleng melalui Bimbingan Belajar yang dilaksanakan di sekolah.

Ibu Nugraheni Apriyanti, S.Pd selaku Guru dan  Wali Kelas 9-F juga menyampaikan bahwa doa bersama ini bertujuan supaya UNAS berjalan lancar dan anak-anak bisa lulus semua dengan nilai yang memuaskan. Menurutnya hasil evaluasi sebelumnya terhadap pencapaian target nilai memang belum begitu memuaskan.

“Namun kita akan berusaha bersama untuk meraih hasil terbaik. Yang terpenting terus belajar dan berdoa supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Jangan pernah percaya dengan isu-isu bocoran soal,” ujarnya kepada Admin, Kamis (18/4/2013)

Muhamad Jabar, Siswa kelas 9-E di sekolah tersebut juga menyatakan kesiapannya menghadapi UNAS Senin depan. Caranya dengan belajar di rumah dan cari soal-soal dari internet sebagai bahan latihan.

“Kalau mengenai isu atau kabar tentang adanya bocoran-bocoran soal di luar sana. Saya tidak tertarik sama sekali. Menurut Saya soal-soal latihan dari Bapak dan Ibu Guru selama ini sudah cukup. Apalagi dengan adanya Istighosah ini, karena dengan doa bersama seperti ini, Insya Allah doa kami bisa dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala,” uacapnya mantap.
Read more ...

Kamis, 18 April 2013

Majalah Sneda Dalam AfansaNeda



LOW TETAP SAHABAT GUE 

Disuatu hari ada segerombolan sahabat yang sedang asik berbincang bincang di bawah pohon yang begi tu indah. Datang seorang teman dari salah satu sahabat tersebut yang sudah di anggap gabungan dari sahabatnya tersebut tapy sahabat yang lain tidak suka dengan dia. Teman dari salasatu sahabat tersebut ingin mengajak dia untuk beli Novel
Rina   : Din ikut aku yok.
Dinda : kemana ???????????
Rina    : Nyari Novel kita kan dapat tugas untuk buat sinopsis apa kamu lupa ?????
Dinda : ohhhh iya aku lupa.
Rina    : ya uda ayo kita nyari sekarang.
Dinda : ayo teman-teman, kamu kan juga di beri tugas apa kamu juga lupa ????????
Desta: kamu berangkat aja sendiri dulu aku entar sama elsa
Elsa : ya kamu dulu aja (sambil sewot )
Dinda n Rina : ya udah kita duluan ya
“” Disaat dia uda pergi desta dapat rencana untuk membuat dia jadih musuh
>< keesokan harinya dia bersantai lagi kayak kemarin. Saat rina mau ke kamar mandi dan di antar kan oleh dinda. Desta dan elsa mulai melakukan rencananya tersebut novel Dinda di masuk.kan kedalam tas nya rina “ datang lah rina dan dinda
Dinda :: low mana novel ku
Desta  dan elsa : ya gtw tadi kamu taruh mana
Dinda : aku taruh sini
Rina : coba kita cari dulu
“” Di saat dinda nyari di tas nya rina tiba” ada novel dia””
Dinda : low ini novel aku kenapa ada di tas kamu rin
Rina : saya juga gtw
Elsa : itu mau nyuri novel kamu kali itu kamu anggap sahabat sahabat kok kayak gitu
Dinda : Emank kamu itu penghianat rin
“” datang seorang yang memberi tau semua tentang kejadian tersebut ternyata yang naruh novel di tas rina adalah desta sama elsa””
Dinda : emank ya kamu itu.. sekarang siapa yang di katakan penghianat
Elsa : desta yang buat rencana ini
Desta : low kamu kok mlh nyalain aku kan kamu juga ikut-ikut
Dinda : sudah jgan bertengkar
Elsa dan Desta : maaf kan kita. Kita tidak akan ngulang lagi perbuatan kita lagi
Dinda : minta maaf juga sama rina
Elsa dan Desta : kita minta maaf ya rin
Dinda dan Rina :ya udah kita maaf in
Elsa : jadi kita sahabat.an lagi ya
Semua : Okkkk
“ Jadi jgan lah kamu suka ngiri sama orang lain belum tentu kamu itu baik tapi kita harus menghargai orang lain dan seorang sahabat sejati bukan seperti itu sahabat sejati adalah menerima kekurangan n menghargai sahabat bukan malah merendah.kan sahabat””

Byy :: feBiyana 8F










MIMPI  KE TELAGA ILMU

Ketika aku lulus sekolah dasar aku bingung, bagaimana nasibku ini,aku anak orang yang tidak mampu, orang tuaku hanya sebagai buruh tani, terkadang disuruh orang terkadang tidak. Aku merasa kasihan kepada Ibuku yang usianya sudah senja tiap hari harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya,maka dari itu ibuku harus bekerja sendiri karena bapak sudah meninggal dunia, ketika aku baru berusia tujuh bulan. Bapak meninggal karena terserang penyakit kolera. Waktu itu musim kemarau panjang,kolera mewabah kata orang pagi sakit sore meninggal atau sore sakit pagi meninggal, sangat mengerikan.
Aku bermaksud untuk menyampaikan keinginanku ini untuk bersekolah ketingkatan yang lebih tinggi yaitu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Lamongan, tetapi aku tidak beranimenyampaikan keinginanku itu kepada ibuku, karena orang tuaku tidak mungkin mampu, karena biayanya cukup tinggi. Jangankan menyekolahkan aku untuk makan tiap hari saja tidak cukup,apa yang harus digunakan untuk membiayai aku sekolah semuanya itu tidak mungkin akan dapat terlaksana itu hanya angan-angan saja. Sehingga aku terpaksa menjadi buruh  penggembala kambing tetangga.
Satu tahun sudah aku tidak bersekolah, aku pendam semua keinginanku aku,setiap hari aku hanya bergaul dengan hewan sebagai penghiburku, lenyap sudah harapan dan impianku kala itu. Aku hanya penggembala kambing, pagi berangkat menggiring kambing setengah siang pulan bahkan terkadang sampai sore. Aku malu sama teman-temanku yang dulu satu kelas denganku, aku menghindar bila bertemu dengannya, dia berseragam  sekolah sementara aku hanya memakai kaos dan menggiring kambing sambil membawa rumputjika pulang. Aku menggembala satu tahun itu  telah mendapat upah  satu ekor kambing. Yang dijanjikan oleh majikan saya.
Kali ini aku sudah mempunyai  kambing satu, maka akan aku pelihara dengan baik biar bisa berkembang. Aku hanya memelihara satu ekor kambing saja, aku kini sudah tidak lagi menjadi buruh penggembala kambing teteangga. Sementara itu  ibuku merasa senang aku telah mendapat upah  kambing. Semoga kambing ini nantindapat membantu saya dan ibu bila terjadi kesulitan ekonomi yang mendesak.
Aku masih teringat lagi ,ketika ada temanku berangkat ke sekolah, aku masih saja ingat lagi saya ingin bersekolah. Setiap ada temanku berangkat dan pulang sekolah aku masih belum bisa menghilangkan,atau menyembunyikan niatku itu, Bila hal itu terjadi aku murung dan sedih,malas melakukan apa saja,masuk kamar tiduran yang ujung-ujungnya tidak pasti,terkadang aku tidak sengaja membuka buku-buku pelajaran Sekolah Dasar,Lamunanku semakin menjadi, keinginanku semakin menjadi-jadi .keyakinanku semakin kuat aku masih ingin sekolah.
Pada malam hari aku dan teman-teman tiduran di masjid. “Titis apa kamu sudah tidak ada lagi keinginan untuk bersekolah” Tanya Sono kepadaku. “Sudalah tidak usah tanya masalah itu ,hal itu yang akan membuat aku sedih saja, jangan bahas masalah itu lagi, lupakan saja biar saja itu berlalu.” Belum lagi aku redah Karnadi pun menyampaikan kata-katanya. “ Ya Tis Sekolah itu enak,punya teman banyak dapat pangalaman banyak dan pengetahuan yang banyak pula.” Bujuk Karnadi, dengan nada agak marah, “Kamu jangan mengatakan itu-itu lagi,aku malas-aku bingung harus berkata apa, aku ini orang tidak punya,anak orang miskin lagi melarat, apa lagi yang dapat aku katakana,kamu kan tahu sekolah itu butuh dana yang banyak,sementara orang tuaku tidak sanggup untum membiayai itu semua,sudah jangan katakana itu lagi.
Pada suatu ketika ada seorang dermawan dan sangat perhatian pada sesama namanya Nuraji beliau tokoh orang Islam di Desa Balun, nama desaku. Beliau berkata,” Titis kenek opo awakmu gak sekolah ?”.(kenapa kamu tidak sekolah ) Boten Pak Nur, boten   gadah biaya. (tidak Pak Nur tidak punya biaya).eman awakmu gak sekolah (sayang kamu tidak sekolah).Kados pundi malih pacen boten gadah biaya.(bagaimana lagi memang tidak punya biaya) “Seandainya ada orang yang membantu membiyayai sekolah kamu begitu bagaimana? “ Kata Pak Nuraji. Siapa Pak Nur yang mau membantu saya, tidak mungkin, sekolah itu kan butuh biaya tidak sedikit. “ Wis tah gelem sekolah opo gak “(sudahlah mau sekolah atau tidak) kata Pak Nuraji. Kulo sakjane ngoten inggih  purun mawon,nangin mangke kados pundi emak kulo.(saya sesungguhnya mau saja tetapi bagaimana ibu saya nanti) “ Nanti kamu bilang sama ibu kamu kalau ada yang mau membantu menyekolahkan kamu,besok saya akan ke rumahmu unutk membicarakan masalah ini dengan ibu kamu” tegas Pak Nuraji. Ya kalau begitau saya akan berbicara sama ibu dan saudara saya dulu.
Sebelum aku berbicara sama ibu,terlebih dahulu saya bilang kepada kakak-kakak saya.Pertama aku ke kakak Perempuanku dulu Parci namanya. “Yuk aku disekolahno wong ngono kokye mungguhe sampeyan?”(Yuk panggilan kakak perempuan) saya disekolahkan orang lain bagaimana menurut Bakyu)” Siapa orang yang  akan menyekolahkan kamu, jangan-jangan nanti kamu dikecewakan oleh orang itu, siapa sebenarnya orang itu “ Tanya bakyuku, dengan pesimis. Saya bilang Pak Nuraji. Kalau orang itu ya,sudah.Tetapi kamu harus rajin bila jadi disekolahkan Pak Nuraji,  saya ikut bersyukur.
Kemudian saya bilang sama kakak Sumitro, kakak juga bilang “ya,sudah kalau kamu mau disekolahkan orang, terus Ibu kamu bagaimana apa sudah tahu “ Tanya kakak. Saya jawab belum tahu maka dari itu saya bilang dulu sama kakak-kakak. Maka dari itu saya takut jangan-jangan ibu tidak memperbolehkan aku sekolah. Untuk itu saya mohon pada kakak bujuk ibu agar aku diizinkan untuk sekolah. “ Ya, sudah nanti saya bantu untuk berbicara sama ibu dirumah” jelas kakak. Kemudian aku pamit pulang.
Seperti biasa saya pada malam hari pergi ke Masjid untuk mengaji , berjama’ah sholat,tidur disitu bersama teman-teman, dan baru pulang pagi sesudah berjama’ah sholat subuh. Pada malam itu hatiku gelisa saya tidak dapat tidur semalaman terbayang-bayang seolah saya bermimpi sekolah di telaga ilmu, yang jauh disana  belum aku kenal tempat itu.
Saat itu matahari masih tertutup oleh awan,hatiku tidak tenang mau berbicara sama ibu lidah saya tersa kaku,dibayang-bayangi rasa takut, jangan-jangan ibuku tidak mau menerima maksud baik orang lain. “Sejak tadi kamu saya   perhatikan mondar-mandir keluar-masuk pintu ada apa ?” Tanya ibu. (dengan nada terputus-putus) Tidak Bu, saya mau bilang pada Ibu, kalau nanti sebentar lagi ada Pak Nuraji mau datang kesini. Dengan rasa agak cemas ibu mendengar, “Ada apa pak Nuraji datang kemari ?” Tanya ibu lagi. Belum sepat saya menjawab pertanyaan ibu, Tiba-tiba saudaraku datang bersamaan “ assalammu’alaikum emak “ wa allaikum salam,ada apa pagi-pagi begini dataang kerumah emak. Ada apa keliahatannya ada masalah yang serius,ada apa ? dengan cemas emak (ibu) memperhatikan kedua saudaraku itu. Setelah tenang, beberapa saat kemudian Emak bilang “ayo masuk,duduklah, ada apa kalian datang pagi-pagi,apa ada masalah dengan keluargamu di rumah.” Tanya ibu sambil tergesah untuk segerah mendapatkan jawaban dari kedua saudaraku itu.”Tidak Bu saya dalam keadaan baik-baik saja,  tidak ada masalah keluarga,” jawab kak Sumitro. Kemudian Bakyu Parci juga menjawab “Saya kesini hanya silaturrohmi sama Ibu saja” jawabnya .Setelah rasa kekeluargaan terasanya nyaman dan saling bercerita tengtang anak dan cucunya kemudian  membicarakan maksud kedatangannya kepada Ibuku.
“Begini Ibu maksud kedatangan kami berdua ini ada sedikit masalah yang ada hubungannya dengan Titis” Kata kakak, ono masala opo (ada masalah apa) Titis iki sakjane kepingin sekolah Cuma  gak wani ngomong nang sampeyan (Titis ini sesungguhnya ingin sekolah tetapi tidak berani berbicara pada Ibu)”.Dia takut sama ibu, kasihan dia masih kecil harus bekerja,apa yang dapat dia lakukan paling-paling menyabit rumput untuk makanan kambing”. Kata kak Sumitro.  “oh,. Jadi itu maksud kamu datang kesini ,untuk membujuk ibu agar mau menyekolahkan adikmu itu”. Kata ibu dengan nada marah. “Ibu ini orang susah orang tidak punya aku ini cuma buruh tani yang tidak pasti penghasilannya,hari ini bisa makan saja sudah beruntung, makan utuk besok saja tidak ada, apa yang harus digunakan untuk membiayai sekolahnya Titis.Sudahlah tidak usah sekolah saja,toh nanti besar mau jadi apa”. Jelas ibuku. Aku semakin menunduk malu tidak berani menatap Ibu.Bakyuku masih berusaha untuk memberikan pengertian lagi kepada ibu,dengan lembut mereka menyampaikan masudnya. “ Bu, begini loh,sekolah itu penting bagi anak yang seusia dia, dia itu butuh pendidikan, masa ibu lupa sama pesan al marhum Bapak”.Dengan mengusap air mata ibu berkata,” Sudah lah kamu tidak usah ingat-ingat lagi masalah itu,itu sudah lama yang penting adik kamu tidak usah sekolah, dirumah saja membantu ibu dan menggembala kambing, sudah diam kamu”. Kedua kakakku sudah putus asa, sudalah kak kalau memang ibu tidak boleh  ya,... tidak apa, saya akan turuti kemauan ibu untuk tidak sekolah.” Kamu itu bagaimana, katanya  ingin sekolah”. Kata kakak, Ya,.. bagaimana lagi, “loh wong adikmu gelem nerimo koen  kok ngeyel”. (adikmu saja mau menerima kamu tidak terima) kata ibu.
Tidak lama kemudian datang Pak Nuraji kerumah saya, “Assallamu’alaikum” sapa Pak Nur. Kami semua menjawab wa’allaikum salam. Mari silahkan masuk Pak Nur. Monggo pinarak (silahkan duduk). “Ada apa pagi-pagi begini kok ngumpul ada acara penting,apakah saya mengganggu kalian semua,” sapa Pak Nuraji sambil tersenyum. Tidak ada apa-apa,hanya-biasa saja,maklum sudah agak lama tidak berkunjung ke rumah Ibu. “ Ibu Kamu mengapa, kelihatannya ada masalah yang serius,” ungkap Pak Nur. Tidak Pak Nur Cuma ada masalah kecil yang sempat membuat ibu agak marah.” Memangnya ada apa sampai marah pada  kalian, tentu ini ada hubungannya masalah adik kalian Titis.” Tebak Pak Nur. Belum selesai menjawab ibu langsung bicara, “ Dik Nuraji ada apa datang kemari pada orang susah seperti kami ini’” Tanya ibu, dengan cemberut. “Begini loh..,Bakyu,saya kesini  hanya ingin silaturrahmi,” Kata Pak Nur.” Sudah hanya itu sajakan,” kata ibu.” Ibu sudahlah jangan begitu, malu sama Pak Nur, saharusnya kita itu harus berterima kasih pada Pak Nuraji, mau bersilaturrahmi pada kita,” Bujuk Bakyu Parci.
“Sebelumnya saya mohon maaf pada kalian semua, termasuk bakyu Karmiti,” unkap Pak Nuraji.  Ada apa Pak Nur Minta maaf, ya ada minta maaf, kakak menyela. “ Begini mungkin perkataan saya ini menyinggung perasaan kalian, khususnya bakyu,” Kata pak Nuraji. Ibuku kelihatannya belum bisa mengendalikan emosinya.”Sekali lagi saya mohon maaf, yang telah lancang membujuk Titis agar tetap sekolah,kasihan dia anak kecil belum waktunya untuk bekerja,dia masih sangat perlu pendidikan untuk bekalnya di kemudian hari.” Kata Pak Nur dengan rasa menyesal. Langsung dijawab ibuku, “ Oh… Jadi adik yang merencanakan ini semua agar Titis tetap sekolah, bagus ya …kalau begitu, gara-gara dik Nuraji ini akhirnya anak-anak kami  membujuk saya agar anakku yang kecil sekolah lagi begitu kan. “Iya, bakyu,harapan saya dan anak-anak bakyu mungkin juga seperti itu,” Tegas pak Nur. “Dik Nuraji harus tahu, saya ini orang miskin, lagi susah orang melarat, jangan memaksa saya untuk menyekolahkan anakku, mentang-mentang kamu orang kaya seenaknya sendiri menyuruh orang, aku ini adikmu apa,” Kata ibuku bertambah marah.”Sudalah Bu dengar duluh penjelasan Pak Nuraji”    bujuk kakak. “Didengar apanya yang didengar,jelas dia kan mempermalukan kita sudahlah kamu jangan ikut campur,ini urusanku biar aku menyelesaikan masalah ini.” Ibuku semakin tidak terkendali emosinya, bakyuku pun ikut mmenenangkan ibu agar tidak terbawa emosi.”Jangan marah-marah bu malu,apa ibu tidak tahu Pak Nuraji ini orang yang disegani di desa ini,apa ibu tidak malu.” Kata bakyuku sambil mendekati ibu. “Sudahlah kamu tidak usah menggurui ibu aku ini orang tua kamu jangan sok tahu,” Ibu terus marah dan tidak peduli apa yang dibicarakan bakyuku.”Ya tetapi maksud Pak Nuraji itu ingin membantu kita untuk menyelesaikan masalah ini,” bujuk bakyuku lagi. “Menyelesaikan masalah katamu, mana mungkin bisa menyelesaikan masalah,mungkin hanya menambah beban arang tuamu ini!” Seolah tidak mendengarkan semua anaknya, Aku bujuk sekali lagi ibuku untuk mendengarkan sekali lagi apa yang hendak disampaikan Pak Nuraji ,sambil menangis di pangkuannya aku memohon pada Ibu.” Ibu dengarkan dulu penjelasan Pak Nuraji, dengarkan ibu ,jangan marah-marah dulu biar bisa jelas apa yang akan disampikan  oleh Pak Nuraji”. bujukku. “Yo,…Wis tak rungokne, (ya,…sudah akan saya dengarkan) saya akan mendengarkan apa yang akan disampaikan pada saya,” Monggo Pak Nur Jenengan ngendikan.(Mari silahkan berbicara)      “ Begini loh Bakyu Karmiti, Titis biar sekolah dia masih kecil,masalah biaya nanti saya yang akan bertanggung jawab,baik pakaian, SPP, buku-bukunya, pokoknya segala kebutuhannya nanti akan saya cukupi, kami  merasa kasihan kepada dia, sayang bakyu dia anak pintar. Saya denganr dia menjadi bintang kelas, dan anak terbaik prestasinya Mendengar penjelasan tersebut Ibu terdian dan tertegun  dan berpikir sejenak.” Kalau memang itu yang menjadi kehendak Adik Nuraji, ya saya akan bicara dulu sama-anak-anak kami “ begitu kata ibuku. Kelihatannya ibuku telah dapat menerima  niat baik dari Pak Nuraji. “Sekarang bagaimana menurut pendapatmu Sumitro  dan kamu Parci ?”Tanya ibuku pada kedua saudaku. “Kalau memang ibu setuju kami berdua ya ikut ibu saja” jawab kedua saudaraku serentak. Ibu memandangi aku sejurus dan tersenyum tipis,dan balik bertanya kepadaku. “kamu bagaimana Tis,kamu kan sudah mendengar sendiri apa yang baru saja disampaikan oleh Pak Nuraji tadi,”Ya bu saya sudah tahu semuanya,tinggal ibu yang memutuskan semuanya ini,kalau ibu setujuh saya tinggal mengikuti kata ibu.”Apakah nanti dik Nuraji tidak keberatan untuk membiayai sekolahnya anak kami, sekolah itu kan tidak sedikit dana yang harus dikeluarkan,” Ibu mengingatkan Pak Nuraji. “Saya  kira itu tidak berat kita harus saling membantu sesamanya,bukan hanya bakyu saja,yang lain juga ada itu sudah merupakan kewajiban kami untuk membantu bagi yang membutuhkannya.” Ibuku masih terus bertanya “Apakah nanti Dik Nuraji tidak kecewa bila nanti Titis anak saya ini tidak bisa membalas budi baik Adik Nur?” Pak Nuraji juga memberikan jawaban yang dapat diterima oleh ibu. Masalah balas budi itu nanti,jangan terburu-buru untuk dibicarakan itu masalah nanti.Balas budi itu kan relative,tidak bisa kita bicarakan saat ini hal itu butuh waktu yang panjang. Sekolah saja baru akan masuk belum apa-apa kok sudah bicara balas budi, nanti saja biar waktu sendiri yang akan menjawabnya.” Ibu lalu mengingatkan aku, “ kamu harus tahu bagaimana kamu harus menempatkan dirimu,kamu harus bisa menghargai orang lain,dan kamu harus tahu diri kamu itu anak orang yang tidak punya kamu jangan sombong,jangan nakal hargai teman,guru,orang tua apalagi kepada orang yang telah membantu kamu dalam segala urusan,” pesan ibuku. Kakak memotong pembicaraan aku dan ibu,” Kalau ibu tadi tidak terburu marah-marah sudah selesai dari tadi.” Celetuk kakaku. Dengan sedikit tertawa kecil,” Kamu apaan sih ,aku menjadi salah sangka pada semuanya.” Ibu merasa malu pada Pak Nuraji dan minta maaf atas ucapan yang telah membuat jadi salah sangka. “Dik Nur saya mohon maaf atas ucapan dan kata-kata saya yang menyinggung perasaan tadi,” pinta ibuku. “tidak apa-apa bakyu ini cuma kurang pengertian saja, dan kamu Titis besok saya akan mengantar kamu untuk mendaftarkan sekolah karena pendaftaran murid baru sudah di buka sejak kemarin,” Kata Pak Nuraji,dengan tersenyum rama.” Kakakku juga menyampaikan ucapan terima kasih, “ Pak Nur sebelumnya saya mungucapkan terima kasih atas bantuannya dan mau membiayai sekolah adik kami, kami hanya bisa berharap kepada Pak Nuraji tetap sabar,dan diberikan limpahan rizqi oleh Yang Maha Kuasa,” Pak Nuraji mengamininya. “amin,amin,amin,semoga segala cita-cita kita semua terkabulkan,” Bakyuku juga menyampaikan permohonan maaf. “ Semua kata-kata dan ucapan ibu saya jangan dimasukkan dalam hati,maklumlah orang tua sangat muda tersinggung bila ada ucapan yang belum jelas maksudnya langsung di tanggapi dengan nada marah,sekali lagi mohon maaf.” Sudalah jangan dipikirkan itu, “tegas Pak Nuraji. Ibuku pun menyampaikan permohonan maaf atas ucapan dan kata-kata yang dilontarkannya. “Saya minta maaf dik Nur atas kata-kata saya yang dengan sengaja saya lontarkan,memang itu semua saya terbawa perasaan tersinggung atas ucapan dik Nuraji yang belum jelas maksudnya,sehingga saya terbawa emosi yang berlebihan seandainya tadi ada penjelasan dari awal tidak akan seperti itu, dan tidak menjadi salah sangkah”. Pinta ibu. “Tidak usahlah bakyu minta maaf sagala.” Dirasa sudah cukup maka Pak Nuraji pamit pulang. “Permisi bakyu serta kamu semua saya mohon pamit pulang kembali ke rumah, sekali lagi permisi.”Sebelumnya saya sampaikan terima kasih dik Nur atas budi baiknya semoga  Allah SWT. memberkahi.” Do’a ibuku. Setelah semua dirasa sudah cukup pamit,kembali pulang.
Setelah semua sudah jelas maka aku merasa senang,”Besok pagi aku akan sekolah ke kota Lamongan,aku akan daftar sekolah,” dalam hatiku berkata. Aku akan berjanji dalam hatiku sendiri aku akan balajar dengan rajin, supaya tidak mengecewakan orang tuaku,saudaraku dan orang yang membnatu dan menolong aku untuk bisa bersekolah ke kota.
Akhirnya aku bersekolah ke kota dan berangkat bersama dengan teman-temanku dengan mengendarai sepeda angin, walaupun terkadang harus jalan kaki bila pada musim penghujan karena jalan yang di lewati masih berupa tanah liat.Dengan demikian aku sedikit dapat mengobati keinginanku untuk menggapai cita-cita untuk menjadi orang berguna bagi orang tua, agama,bangsa dan masyarakat. Amin.
By : Sutarno Ts                                                                    


                                                                     


Read more ...
Designed By VungTauZ.Com