LOW
TETAP SAHABAT GUE
Disuatu hari ada segerombolan sahabat yang sedang asik
berbincang bincang di bawah pohon yang begi tu indah. Datang seorang teman dari
salah satu sahabat tersebut yang sudah di anggap gabungan dari sahabatnya
tersebut tapy sahabat yang lain tidak suka dengan dia. Teman dari salasatu
sahabat tersebut ingin mengajak dia untuk beli Novel
Rina : Din ikut aku yok.
Dinda : kemana ???????????
Rina : Nyari Novel kita
kan dapat tugas untuk buat sinopsis apa kamu lupa ?????
Dinda : ohhhh iya aku lupa.
Rina : ya uda ayo kita
nyari sekarang.
Dinda : ayo teman-teman, kamu kan juga di beri tugas apa kamu
juga lupa ????????
Desta: kamu berangkat aja sendiri dulu aku entar sama elsa
Elsa : ya kamu dulu aja (sambil sewot )
Dinda n Rina : ya udah kita duluan ya
“” Disaat dia uda pergi desta dapat rencana untuk membuat dia
jadih musuh
>< keesokan harinya dia bersantai lagi kayak kemarin. Saat
rina mau ke kamar mandi dan di antar kan oleh dinda. Desta dan elsa mulai
melakukan rencananya tersebut novel Dinda di masuk.kan kedalam tas nya rina “
datang lah rina dan dinda
Dinda :: low mana novel ku
Desta dan elsa : ya gtw
tadi kamu taruh mana
Dinda : aku taruh sini
Rina : coba kita cari dulu
“” Di saat dinda nyari di tas nya rina tiba” ada novel dia””
Dinda : low ini novel aku kenapa ada di tas kamu rin
Rina : saya juga gtw
Elsa : itu mau nyuri novel kamu kali itu kamu anggap sahabat
sahabat kok kayak gitu
Dinda : Emank kamu itu penghianat rin
“” datang seorang yang memberi tau semua tentang kejadian
tersebut ternyata yang naruh novel di tas rina adalah desta sama elsa””
Dinda : emank ya kamu itu.. sekarang siapa yang di katakan
penghianat
Elsa : desta yang buat rencana ini
Desta : low kamu kok mlh nyalain aku kan kamu juga ikut-ikut
Dinda : sudah jgan bertengkar
Elsa dan Desta : maaf kan kita. Kita tidak akan ngulang lagi
perbuatan kita lagi
Dinda : minta maaf juga sama rina
Elsa dan Desta : kita minta maaf ya rin
Dinda dan Rina :ya udah kita maaf in
Elsa : jadi kita sahabat.an lagi ya
Semua : Okkkk
“ Jadi jgan lah kamu suka ngiri sama orang lain belum tentu kamu
itu baik tapi kita harus menghargai orang lain dan seorang sahabat sejati bukan
seperti itu sahabat sejati adalah menerima kekurangan n menghargai sahabat
bukan malah merendah.kan sahabat””
MIMPI KE TELAGA ILMU
Ketika aku lulus
sekolah dasar aku bingung, bagaimana nasibku ini,aku anak orang yang tidak
mampu, orang tuaku hanya sebagai buruh tani, terkadang disuruh orang terkadang
tidak. Aku merasa kasihan kepada Ibuku yang usianya sudah senja tiap hari harus
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya,maka dari itu ibuku harus
bekerja sendiri karena bapak sudah meninggal dunia, ketika aku baru berusia
tujuh bulan. Bapak meninggal karena terserang penyakit kolera. Waktu itu musim
kemarau panjang,kolera mewabah kata orang pagi sakit sore meninggal atau sore
sakit pagi meninggal, sangat mengerikan.
Aku bermaksud untuk
menyampaikan keinginanku ini untuk bersekolah ketingkatan yang lebih tinggi
yaitu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Lamongan, tetapi aku tidak
beranimenyampaikan keinginanku itu kepada ibuku, karena orang tuaku tidak
mungkin mampu, karena biayanya cukup tinggi. Jangankan menyekolahkan aku untuk
makan tiap hari saja tidak cukup,apa yang harus digunakan untuk membiayai aku
sekolah semuanya itu tidak mungkin akan dapat terlaksana itu hanya angan-angan
saja. Sehingga aku terpaksa menjadi buruh
penggembala kambing tetangga.
Satu tahun sudah aku
tidak bersekolah, aku pendam semua keinginanku aku,setiap hari aku hanya
bergaul dengan hewan sebagai penghiburku, lenyap sudah harapan dan impianku
kala itu. Aku hanya penggembala kambing, pagi berangkat menggiring kambing
setengah siang pulan bahkan terkadang sampai sore. Aku malu sama teman-temanku
yang dulu satu kelas denganku, aku menghindar bila bertemu dengannya, dia
berseragam sekolah sementara aku hanya
memakai kaos dan menggiring kambing sambil membawa rumputjika pulang. Aku
menggembala satu tahun itu telah
mendapat upah satu ekor kambing. Yang
dijanjikan oleh majikan saya.
Kali ini aku sudah
mempunyai kambing satu, maka akan aku
pelihara dengan baik biar bisa berkembang. Aku hanya memelihara satu ekor
kambing saja, aku kini sudah tidak lagi menjadi buruh penggembala kambing
teteangga. Sementara itu ibuku merasa
senang aku telah mendapat upah kambing.
Semoga kambing ini nantindapat membantu saya dan ibu bila terjadi kesulitan
ekonomi yang mendesak.
Aku masih teringat
lagi ,ketika ada temanku berangkat ke sekolah, aku masih saja ingat lagi saya
ingin bersekolah. Setiap ada temanku berangkat dan pulang sekolah aku masih
belum bisa menghilangkan,atau menyembunyikan niatku itu, Bila hal itu terjadi aku
murung dan sedih,malas melakukan apa saja,masuk kamar tiduran yang
ujung-ujungnya tidak pasti,terkadang aku tidak sengaja membuka buku-buku
pelajaran Sekolah Dasar,Lamunanku semakin menjadi, keinginanku semakin
menjadi-jadi .keyakinanku semakin kuat aku masih ingin sekolah.
Pada malam hari aku
dan teman-teman tiduran di masjid. “Titis apa kamu sudah tidak ada lagi
keinginan untuk bersekolah” Tanya Sono kepadaku. “Sudalah tidak usah tanya
masalah itu ,hal itu yang akan membuat aku sedih saja, jangan bahas masalah itu
lagi, lupakan saja biar saja itu berlalu.” Belum lagi aku redah Karnadi pun
menyampaikan kata-katanya. “ Ya Tis Sekolah itu enak,punya teman banyak dapat
pangalaman banyak dan pengetahuan yang banyak pula.” Bujuk Karnadi, dengan nada
agak marah, “Kamu jangan mengatakan itu-itu lagi,aku malas-aku bingung harus
berkata apa, aku ini orang tidak punya,anak orang miskin lagi melarat, apa lagi
yang dapat aku katakana,kamu kan tahu sekolah itu butuh dana yang
banyak,sementara orang tuaku tidak sanggup untum membiayai itu semua,sudah
jangan katakana itu lagi.
Pada suatu ketika
ada seorang dermawan dan sangat perhatian pada sesama namanya Nuraji beliau
tokoh orang Islam di Desa Balun, nama desaku. Beliau berkata,” Titis kenek opo
awakmu gak sekolah ?”.(kenapa kamu tidak sekolah ) Boten Pak Nur, boten gadah biaya. (tidak Pak Nur tidak punya
biaya).eman awakmu gak sekolah (sayang kamu tidak sekolah).Kados pundi malih
pacen boten gadah biaya.(bagaimana lagi memang tidak punya biaya) “Seandainya
ada orang yang membantu membiyayai sekolah kamu begitu bagaimana? “ Kata Pak
Nuraji. Siapa Pak Nur yang mau membantu saya, tidak mungkin, sekolah itu kan
butuh biaya tidak sedikit. “ Wis tah gelem sekolah opo gak “(sudahlah mau
sekolah atau tidak) kata Pak Nuraji. Kulo sakjane ngoten inggih purun mawon,nangin mangke kados pundi emak
kulo.(saya sesungguhnya mau saja tetapi bagaimana ibu saya nanti) “ Nanti kamu
bilang sama ibu kamu kalau ada yang mau membantu menyekolahkan kamu,besok saya
akan ke rumahmu unutk membicarakan masalah ini dengan ibu kamu” tegas Pak
Nuraji. Ya kalau begitau saya akan berbicara sama ibu dan saudara saya dulu.
Sebelum aku
berbicara sama ibu,terlebih dahulu saya bilang kepada kakak-kakak saya.Pertama
aku ke kakak Perempuanku dulu Parci namanya. “Yuk aku disekolahno wong ngono
kokye mungguhe sampeyan?”(Yuk panggilan kakak perempuan) saya disekolahkan
orang lain bagaimana menurut Bakyu)” Siapa orang yang akan menyekolahkan kamu, jangan-jangan nanti
kamu dikecewakan oleh orang itu, siapa sebenarnya orang itu “ Tanya bakyuku,
dengan pesimis. Saya bilang Pak Nuraji. Kalau orang itu ya,sudah.Tetapi kamu
harus rajin bila jadi disekolahkan Pak Nuraji,
saya ikut bersyukur.
Kemudian saya bilang
sama kakak Sumitro, kakak juga bilang “ya,sudah kalau kamu mau disekolahkan
orang, terus Ibu kamu bagaimana apa sudah tahu “ Tanya kakak. Saya jawab belum
tahu maka dari itu saya bilang dulu sama kakak-kakak. Maka dari itu saya takut
jangan-jangan ibu tidak memperbolehkan aku sekolah. Untuk itu saya mohon pada
kakak bujuk ibu agar aku diizinkan untuk sekolah. “ Ya, sudah nanti saya bantu
untuk berbicara sama ibu dirumah” jelas kakak. Kemudian aku pamit pulang.
Seperti biasa saya
pada malam hari pergi ke Masjid untuk mengaji , berjama’ah sholat,tidur disitu
bersama teman-teman, dan baru pulang pagi sesudah berjama’ah sholat subuh. Pada
malam itu hatiku gelisa saya tidak dapat tidur semalaman terbayang-bayang
seolah saya bermimpi sekolah di telaga ilmu, yang jauh disana belum aku kenal tempat itu.
Saat itu matahari
masih tertutup oleh awan,hatiku tidak tenang mau berbicara sama ibu lidah saya
tersa kaku,dibayang-bayangi rasa takut, jangan-jangan ibuku tidak mau menerima
maksud baik orang lain. “Sejak tadi kamu saya
perhatikan mondar-mandir keluar-masuk pintu ada apa ?” Tanya ibu.
(dengan nada terputus-putus) Tidak Bu, saya mau bilang pada Ibu, kalau nanti
sebentar lagi ada Pak Nuraji mau datang kesini. Dengan rasa agak cemas ibu
mendengar, “Ada apa pak Nuraji datang kemari ?” Tanya ibu lagi. Belum sepat
saya menjawab pertanyaan ibu, Tiba-tiba saudaraku datang bersamaan “
assalammu’alaikum emak “ wa allaikum salam,ada apa pagi-pagi begini dataang
kerumah emak. Ada apa keliahatannya ada masalah yang serius,ada apa ? dengan
cemas emak (ibu) memperhatikan kedua saudaraku itu. Setelah tenang, beberapa
saat kemudian Emak bilang “ayo masuk,duduklah, ada apa kalian datang
pagi-pagi,apa ada masalah dengan keluargamu di rumah.” Tanya ibu sambil
tergesah untuk segerah mendapatkan jawaban dari kedua saudaraku itu.”Tidak Bu saya
dalam keadaan baik-baik saja, tidak ada
masalah keluarga,” jawab kak Sumitro. Kemudian Bakyu Parci juga menjawab “Saya
kesini hanya silaturrohmi sama Ibu saja” jawabnya .Setelah rasa kekeluargaan
terasanya nyaman dan saling bercerita tengtang anak dan cucunya kemudian membicarakan maksud kedatangannya kepada
Ibuku.
“Begini Ibu maksud
kedatangan kami berdua ini ada sedikit masalah yang ada hubungannya dengan
Titis” Kata kakak, ono masala opo (ada masalah apa) Titis iki sakjane kepingin
sekolah Cuma gak wani ngomong nang
sampeyan (Titis ini sesungguhnya ingin sekolah tetapi tidak berani berbicara
pada Ibu)”.Dia takut sama ibu, kasihan dia masih kecil harus bekerja,apa yang
dapat dia lakukan paling-paling menyabit rumput untuk makanan kambing”. Kata kak
Sumitro. “oh,. Jadi itu maksud kamu
datang kesini ,untuk membujuk ibu agar mau menyekolahkan adikmu itu”. Kata ibu
dengan nada marah. “Ibu ini orang susah orang tidak punya aku ini cuma buruh
tani yang tidak pasti penghasilannya,hari ini bisa makan saja sudah beruntung,
makan utuk besok saja tidak ada, apa yang harus digunakan untuk membiayai
sekolahnya Titis.Sudahlah tidak usah sekolah saja,toh nanti besar mau jadi
apa”. Jelas ibuku. Aku semakin menunduk malu tidak berani menatap Ibu.Bakyuku
masih berusaha untuk memberikan pengertian lagi kepada ibu,dengan lembut mereka
menyampaikan masudnya. “ Bu, begini loh,sekolah itu penting bagi anak yang
seusia dia, dia itu butuh pendidikan, masa ibu lupa sama pesan al marhum
Bapak”.Dengan mengusap air mata ibu berkata,” Sudah lah kamu tidak usah
ingat-ingat lagi masalah itu,itu sudah lama yang penting adik kamu tidak usah
sekolah, dirumah saja membantu ibu dan menggembala kambing, sudah diam kamu”.
Kedua kakakku sudah putus asa, sudalah kak kalau memang ibu tidak boleh ya,... tidak apa, saya akan turuti kemauan
ibu untuk tidak sekolah.” Kamu itu bagaimana, katanya ingin sekolah”. Kata kakak, Ya,.. bagaimana
lagi, “loh wong adikmu gelem nerimo koen
kok ngeyel”. (adikmu saja mau menerima kamu tidak terima) kata ibu.
Tidak lama kemudian
datang Pak Nuraji kerumah saya, “Assallamu’alaikum” sapa Pak Nur. Kami semua
menjawab wa’allaikum salam. Mari silahkan masuk Pak Nur. Monggo pinarak
(silahkan duduk). “Ada apa pagi-pagi begini kok ngumpul ada acara
penting,apakah saya mengganggu kalian semua,” sapa Pak Nuraji sambil tersenyum.
Tidak ada apa-apa,hanya-biasa saja,maklum sudah agak lama tidak berkunjung ke
rumah Ibu. “ Ibu Kamu mengapa, kelihatannya ada masalah yang serius,” ungkap
Pak Nur. Tidak Pak Nur Cuma ada masalah kecil yang sempat membuat ibu agak
marah.” Memangnya ada apa sampai marah pada
kalian, tentu ini ada hubungannya masalah adik kalian Titis.” Tebak Pak
Nur. Belum selesai menjawab ibu langsung bicara, “ Dik Nuraji ada apa datang
kemari pada orang susah seperti kami ini’” Tanya ibu, dengan cemberut. “Begini
loh..,Bakyu,saya kesini hanya ingin
silaturrahmi,” Kata Pak Nur.” Sudah hanya itu sajakan,” kata ibu.” Ibu sudahlah
jangan begitu, malu sama Pak Nur, saharusnya kita itu harus berterima kasih
pada Pak Nuraji, mau bersilaturrahmi pada kita,” Bujuk Bakyu Parci.
“Sebelumnya saya
mohon maaf pada kalian semua, termasuk bakyu Karmiti,” unkap Pak Nuraji. Ada apa Pak Nur Minta maaf, ya ada minta
maaf, kakak menyela. “ Begini mungkin perkataan saya ini menyinggung perasaan
kalian, khususnya bakyu,” Kata pak Nuraji. Ibuku kelihatannya belum bisa
mengendalikan emosinya.”Sekali lagi saya mohon maaf, yang telah lancang
membujuk Titis agar tetap sekolah,kasihan dia anak kecil belum waktunya untuk
bekerja,dia masih sangat perlu pendidikan untuk bekalnya di kemudian hari.”
Kata Pak Nur dengan rasa menyesal. Langsung dijawab ibuku, “ Oh… Jadi adik yang
merencanakan ini semua agar Titis tetap sekolah, bagus ya …kalau begitu,
gara-gara dik Nuraji ini akhirnya anak-anak kami membujuk saya agar anakku yang kecil sekolah
lagi begitu kan. “Iya, bakyu,harapan saya dan anak-anak bakyu mungkin juga
seperti itu,” Tegas pak Nur. “Dik Nuraji harus tahu, saya ini orang miskin,
lagi susah orang melarat, jangan memaksa saya untuk menyekolahkan anakku,
mentang-mentang kamu orang kaya seenaknya sendiri menyuruh orang, aku ini
adikmu apa,” Kata ibuku bertambah marah.”Sudalah Bu dengar duluh penjelasan Pak
Nuraji” bujuk kakak. “Didengar apanya
yang didengar,jelas dia kan mempermalukan kita sudahlah kamu jangan ikut campur,ini
urusanku biar aku menyelesaikan masalah ini.” Ibuku semakin tidak terkendali
emosinya, bakyuku pun ikut mmenenangkan ibu agar tidak terbawa emosi.”Jangan
marah-marah bu malu,apa ibu tidak tahu Pak Nuraji ini orang yang disegani di
desa ini,apa ibu tidak malu.” Kata bakyuku sambil mendekati ibu. “Sudahlah kamu
tidak usah menggurui ibu aku ini orang tua kamu jangan sok tahu,” Ibu terus
marah dan tidak peduli apa yang dibicarakan bakyuku.”Ya tetapi maksud Pak
Nuraji itu ingin membantu kita untuk menyelesaikan masalah ini,” bujuk bakyuku
lagi. “Menyelesaikan masalah katamu, mana mungkin bisa menyelesaikan
masalah,mungkin hanya menambah beban arang tuamu ini!” Seolah tidak
mendengarkan semua anaknya, Aku bujuk sekali lagi ibuku untuk mendengarkan
sekali lagi apa yang hendak disampaikan Pak Nuraji ,sambil menangis di
pangkuannya aku memohon pada Ibu.” Ibu dengarkan dulu penjelasan Pak Nuraji,
dengarkan ibu ,jangan marah-marah dulu biar bisa jelas apa yang akan
disampikan oleh Pak Nuraji”. bujukku.
“Yo,…Wis tak rungokne, (ya,…sudah akan saya dengarkan) saya akan mendengarkan
apa yang akan disampaikan pada saya,” Monggo Pak Nur Jenengan ngendikan.(Mari
silahkan berbicara) “ Begini loh Bakyu
Karmiti, Titis biar sekolah dia masih kecil,masalah biaya nanti saya yang akan
bertanggung jawab,baik pakaian, SPP, buku-bukunya, pokoknya segala kebutuhannya
nanti akan saya cukupi, kami merasa
kasihan kepada dia, sayang bakyu dia anak pintar. Saya denganr dia menjadi
bintang kelas, dan anak terbaik prestasinya Mendengar penjelasan tersebut Ibu
terdian dan tertegun dan berpikir
sejenak.” Kalau memang itu yang menjadi kehendak Adik Nuraji, ya saya akan
bicara dulu sama-anak-anak kami “ begitu kata ibuku. Kelihatannya ibuku telah
dapat menerima niat baik dari Pak
Nuraji. “Sekarang bagaimana menurut pendapatmu Sumitro dan kamu Parci ?”Tanya ibuku pada kedua
saudaku. “Kalau memang ibu setuju kami berdua ya ikut ibu saja” jawab kedua
saudaraku serentak. Ibu memandangi aku sejurus dan tersenyum tipis,dan balik
bertanya kepadaku. “kamu bagaimana Tis,kamu kan sudah mendengar sendiri apa
yang baru saja disampaikan oleh Pak Nuraji tadi,”Ya bu saya sudah tahu
semuanya,tinggal ibu yang memutuskan semuanya ini,kalau ibu setujuh saya
tinggal mengikuti kata ibu.”Apakah nanti dik Nuraji tidak keberatan untuk
membiayai sekolahnya anak kami, sekolah itu kan tidak sedikit dana yang harus
dikeluarkan,” Ibu mengingatkan Pak Nuraji. “Saya kira itu tidak berat kita harus saling membantu
sesamanya,bukan hanya bakyu saja,yang lain juga ada itu sudah merupakan
kewajiban kami untuk membantu bagi yang membutuhkannya.” Ibuku masih terus
bertanya “Apakah nanti Dik Nuraji tidak kecewa bila nanti Titis anak saya ini
tidak bisa membalas budi baik Adik Nur?” Pak Nuraji juga memberikan jawaban
yang dapat diterima oleh ibu. Masalah balas budi itu nanti,jangan terburu-buru
untuk dibicarakan itu masalah nanti.Balas budi itu kan relative,tidak bisa kita
bicarakan saat ini hal itu butuh waktu yang panjang. Sekolah saja baru akan masuk
belum apa-apa kok sudah bicara balas budi, nanti saja biar waktu sendiri yang
akan menjawabnya.” Ibu lalu mengingatkan aku, “ kamu harus tahu bagaimana kamu
harus menempatkan dirimu,kamu harus bisa menghargai orang lain,dan kamu harus
tahu diri kamu itu anak orang yang tidak punya kamu jangan sombong,jangan nakal
hargai teman,guru,orang tua apalagi kepada orang yang telah membantu kamu dalam
segala urusan,” pesan ibuku. Kakak memotong pembicaraan aku dan ibu,” Kalau ibu
tadi tidak terburu marah-marah sudah selesai dari tadi.” Celetuk kakaku. Dengan
sedikit tertawa kecil,” Kamu apaan sih ,aku menjadi salah sangka pada
semuanya.” Ibu merasa malu pada Pak Nuraji dan minta maaf atas ucapan yang
telah membuat jadi salah sangka. “Dik Nur saya mohon maaf atas ucapan dan
kata-kata saya yang menyinggung perasaan tadi,” pinta ibuku. “tidak apa-apa
bakyu ini cuma kurang pengertian saja, dan kamu Titis besok saya akan mengantar
kamu untuk mendaftarkan sekolah karena pendaftaran murid baru sudah di buka
sejak kemarin,” Kata Pak Nuraji,dengan tersenyum rama.” Kakakku juga
menyampaikan ucapan terima kasih, “ Pak Nur sebelumnya saya mungucapkan terima
kasih atas bantuannya dan mau membiayai sekolah adik kami, kami hanya bisa
berharap kepada Pak Nuraji tetap sabar,dan diberikan limpahan rizqi oleh Yang
Maha Kuasa,” Pak Nuraji mengamininya. “amin,amin,amin,semoga segala cita-cita
kita semua terkabulkan,” Bakyuku juga menyampaikan permohonan maaf. “ Semua
kata-kata dan ucapan ibu saya jangan dimasukkan dalam hati,maklumlah orang tua
sangat muda tersinggung bila ada ucapan yang belum jelas maksudnya langsung di
tanggapi dengan nada marah,sekali lagi mohon maaf.” Sudalah jangan dipikirkan
itu, “tegas Pak Nuraji. Ibuku pun menyampaikan permohonan maaf atas ucapan dan
kata-kata yang dilontarkannya. “Saya minta maaf dik Nur atas kata-kata saya
yang dengan sengaja saya lontarkan,memang itu semua saya terbawa perasaan
tersinggung atas ucapan dik Nuraji yang belum jelas maksudnya,sehingga saya
terbawa emosi yang berlebihan seandainya tadi ada penjelasan dari awal tidak
akan seperti itu, dan tidak menjadi salah sangkah”. Pinta ibu. “Tidak usahlah
bakyu minta maaf sagala.” Dirasa sudah cukup maka Pak Nuraji pamit pulang.
“Permisi bakyu serta kamu semua saya mohon pamit pulang kembali ke rumah,
sekali lagi permisi.”Sebelumnya saya sampaikan terima kasih dik Nur atas budi
baiknya semoga Allah SWT. memberkahi.”
Do’a ibuku. Setelah semua dirasa sudah cukup pamit,kembali pulang.
Setelah semua sudah
jelas maka aku merasa senang,”Besok pagi aku akan sekolah ke kota Lamongan,aku
akan daftar sekolah,” dalam hatiku berkata. Aku akan berjanji dalam hatiku
sendiri aku akan balajar dengan rajin, supaya tidak mengecewakan orang
tuaku,saudaraku dan orang yang membnatu dan menolong aku untuk bisa bersekolah
ke kota.
Akhirnya aku
bersekolah ke kota dan berangkat bersama dengan teman-temanku dengan
mengendarai sepeda angin, walaupun terkadang harus jalan kaki bila pada musim
penghujan karena jalan yang di lewati masih berupa tanah liat.Dengan demikian
aku sedikit dapat mengobati keinginanku untuk menggapai cita-cita untuk menjadi
orang berguna bagi orang tua, agama,bangsa dan masyarakat. Amin.
By : Sutarno Ts